Penyebutan nama hari dalam Bahasa Jawa sebenarnya tidak bebeda dengan dalam Bahasa Indonesia hanya dalam logat Jawa tentunya. Selengkapnya seperti ini :
- Senen (pelafalan mirip kata keren),
- Seloso (pelafalan mirip kata selongsong),
- Rebo (pelafalan e mirip pada kata kera, pelafalan 0 mirip pada kata bola),
- Kemis (pelafalan mirip kata keris),
- Jum’at (sama dengan Bahasa Indonesia),
- Saptu (sama dengan Bahasa Indonesia),
- Ahad (sama dengan Bahasa Indonesia).
Nasehat selengkapnya sebagai berikut :
Senen
Ojo bosen karo unen-unen (jangan bosan dengan nasehat)
Hidup ini adalah nasehat, maka kita tidak boleh bosan mendengar nasehat apalagi nasehat yang membangun untuk perkembangan kita. Dan nasehat itu bisa datang dari mana saja. Seuntai nasehat tidak harus datang dari orang yang lebih tua.
Nasehat pertama ini menarik karena memberi nasehat agar tidak bosan menerima nasehat. Sebagai pembuka dari serangkaian nasehat yang akan disampaikan. Dengan demikian diharapkan para pendengar (atau pembaca) akan memberi perhatian kepada nasehat selanjutnya.
Seloso
Selakno anggonmu sodakoh (sempatkan untuk memberi sedekah)
Memberi sedekah tidak perlu menunggu diri kita menjadi kaya. Bahkan dengan bersedekah akan membuat kita kaya. Dan sedekah tidak harus berupa uang atau harta benda. Sedekah bisa berupa perbuatan baik, sikap sopan, tutur kata halus atau sekadar senyuman.
Saya menganggap membagikan ilmu dan menyebarkan semangat termasuk sedekah. Yaitu sedekah bagi jiwa yang terkadang efeknya justru lebih dahsyat daripada sedekah berupa harta benda.
Nasehat kedua ini juga mengajak kita untuk tidak bersifat kikir baik terhadap harta maupun terhadap ilmu. Sehingga nasehat yang sudah pernah kita terima seyogyanya disebarkan lagi agar berguna bagi masyarakat luas.
Rebo
Kerepo sinau ben ora bodho (rajinlah belajar agar tidak bodoh)
Bila nasehat kedua ditujukan untuk hati, maka nasehat ketiga ditujukan untuk otak kita. Singkatnya mental dahulu yang digembleng baru mengisi kepala dengan berbagai ilmu.
Ilmu adalah dasar bagi setiap tindakan kita. Bila kita ingin bahagia, maka harus memiliki ilmunya. Dunia maupun akhirat. Dengan ilmu kita menjawab semua tantangan, menguraikan setiap masalah dan mengatasi segala rintangan.
Salah satu jalan untuk mendapatkan ilmu adalah dengan rajin membaca. Percayalah, bahwa semakin kita belajar semakin kita merasa bodoh. Karena kita akan melihat batas ilmu yang semakin luas, sehingga kita tahu bagian yang sudah kita kuasai ternyata masih sedikit.
Oleh karena itu saya sudah menetapkan dan menyiapkan diri saya sendiri untuk melakoni‘Pendidikan seumur hidup’ atau ‘Long life education’. Saya menekankan diri untuk selalu membuka mata, telinga dan hati saya untuk menerima pelajaran dimanapun, kapanpun dan dalam suasana apapun.
Kemis
Luwih becik mingkem tinimbang lamis (lebih baik diam daripada bicara yang tidak berguna)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbicara yang baik atau diam. (HR. Bukhari dan Muslim, shahih)
Berapa banyak orang yang celaka karena tidak menjaga lisannya. Fitnah dan gosip hanya sebagian kecil dari bahaya lisan. Perkataan bisa sangat mudah diucapkan namun akibatnya bisa tidak terperikan.
Nasehat keempat ini mencegah kita dari bahaya yang paling mudah dan paling ringan untuk kita lakukan namun memiliki dampak yang paling besar.
Jum’at
Jumbuhno lakumu lan atimu (selaraskan antara perbuatanmu dengan hatimu)
Orang munafik adalah mereka yang menampilkan kebenaran tetapi menyembunyikan kekafiran. Hal ini terjadi karena tidak selarasnya antara hatinya dengan perbuatannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengancam mereka dengan adzab yang sangat keras.
Karena takut akan ancaman ini, maka saya hanya menuliskan apa yang telah mampu saya lakukan sambil terus memohon agar memiliki kekuatan untuk melaksanakan yang selainnya.
Sampai di sini sudah lengkap nasehat untuk menggapai keselamatan dan kebahagiaan kehidupan di dunia. Bahkan sudah sedikit menyinggung kehidupan akhirat.
Saptu
Insap karo sing wis kewetu (insyaflah/bertobatlah atas segala kesalahaan yang telah dilakukan)
Manusia adalah tempatnya salah dan dosa. Dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat. Bila menengok ke belakang saya sungguh merasa miris dengan segala kesalahan yang pernah saya lakukan. Dan tidak ada obat yang mampu menyembuhkan kecuali hanya ampunan dari Rabb yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Saya merasa malu bila mengingat bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam yang telah diampuni seluruh dosanyapun tidak pernah putus dalam melantunkan taubat. Apalagi kita yang tidak memiliki jaminan sama sekali.
Nasehat ini diletakkan paling akhir bukan karena paling tidak penting, tetapi menjadi puncak dari seluruh nasehat yang telah disampaikan.
Dengan demikian lengkap sudah nasehat untuk hari ini. Dan saya sudah kehabisan kata-kata. Kebetulan Ahad adalah hari libur, sehingga libur pula nasehatnya.
Thank's to:Bang Dje